Penguin Doing Belly Sit Ups

Kamis, 29 September 2011

Pertanian, Pengangguran dan Kemiskinan

Tema : Pangan dan Pertanian

Pengarang : Dr. Harry Azhar Aziz

Tahun : 2010



Latar Belakang

  • Fenomena

Di sektor pertanian, agenda selain atasi kemiskinan, kesenjangan dan kesempatan kerja, inventarisasi dan ekspor, juga revitalisasi pertanian dan pedesaan.

  • Penelitian sebelumnya
1. Periode 1996-1999: penduduk miskin meningkat dari 34,01 juta (1996) menjadi 47,97 juta

(1999)

2. Periode 2000-2005: penduduk miskin menurun dari 38,07 juta (2000) menjadi 35,01 juta (2005)

3. Periode 2005-2009: penduduk miskin tahun 2006 sempat naik dari 35,1 juta (15,97%) menjadi

39,3 juta (17,75%), karena inflasi 17,95%

  • Motivasi
Menurunkan angka kemiskinan, selain menitikberatkan pertumbuhan ekonomi, juga harus menerapkan pemerataan distribusi pendapatan yang baik melalui sektor pertanian.


Masalah

1.Bagaimana cara menurunkan angka kemiskinan melalui sektor pertanian

2. faktor yang berpengaruh pada kemiskinan


Tujuan

menurunkan angka kemiskinan melalui sektor pertanian


Hipotesis

1. Ada hubungan antara kemiskinan dengan faktor demografi

2. Tidak ada hubungan antara kemiskinan dengan faktor demografi


Metodologi Penelitian

Jumlah dan persentase penduduk miskin bersumber dari Badan Pusat Statistik periode 1996–2009 berfluktuasi dari tahun ke tahun:

1. Periode 1996-1999: penduduk miskin meningkat dari 34,01 juta (1996) menjadi 47,97 juta (1999). Di perdesaan akhir 1999 meningkat dari 19,78% menjadi 26,03%, lebih besar dari perkotaan (19,41%).
2. Periode 2000-2005: penduduk miskin menurun dari 38,07 juta (2000) menjadi 35,01 juta (2005). Penurunan terjadi juga pada persentase penduduk miskin perdesaan dari 22,38% pada (2000) menjadi 19,98% (2005). Periode sama, persentase kemiskinan perdesaan masih lebih besar dari perkotaan.
3. Periode 2005-2009: penduduk miskin tahun 2006 sempat naik dari 35,1 juta (15,97%) menjadi 39,3 juta (17,75%), karena inflasi 17,95%. Di akhir tahun 2009 jumlah kemiskinan turun menjadi 32,53 juta (14,15%) dengan persetase kemiskinan perdesaan masih lebih besar dari perkotaan (17,35%).

Pangsa pasar investasi sektor pertanian terhadap total investai PMDN pada 2 tahun terakhir hanya sekitar 10%, mengalami penurunan dibanding tahun 2006 sebesar 17,12% (Tabel 5). Hal ini, akibat return dan payback di sektor pertanian yang lebih rendah dibandingkan dengan sektor lain, sehingga pertanian kurang mendapat perhatian dari lembaga keuangan baik bank maupun non-bank.


Hasil dan analisis

Jhingan (2002) menyebut faktor demografi berpengaruh pada kemiskinan. Pertumbuhan penduduk pesat memperberat tekanan pada lahan, pengangguran dan memicu kemiskinan. Pertambahan penduduk berkurang, kemiskinan juga berkurang (teori pertumbuhan penduduk berbeda di negara maju dan berkembang, lihat teori modern economy dan neoclasical economy). Modal dan penguasaan teknologi dapat mengentaskan kemiskinan (Solow Growth Theory).

KINERJA PEMBANGUNAN PERTANIAN HINGGA 2009

RKP 2009: “Peningkatan Kesejahteraan Rakyat dan Pengurangan Kemiskinan” dengan prioritas:
1. Peningkatan Pelayanan dasar dan pembangunan perdesaan
2. Percepatan pertumbuhan berkualitas, memperkuat daya tahan ekonomi didukung pembangunan pertanian, infrastruktur dan energi.
3. Peningkatan upaya anti korupsi, reformasi birokrasi, serta pemantapan demokrasi, dan keamanan dalam negeri.

Di sektor pertanian, agenda selain atasi kemiskinan, kesenjangan dan kesempatan kerja, inventarisasi dan ekspor, juga revitalisasi pertanian dan pedesaan. Pembangunan pertanian menciptakan kesempatan kerja, dan mengentaskan kemiskinan, menjadi penyedia lapangan pekerjaan yang besar.


Kesimpulan

Presentase kemiskinan di pedesaan lebih besar dari pada di perkotaan. Pemerintah juga sudah membuat program untuk mengatasinya. Sebaiknya program yang telah dijalankan tidak berakhir begitu saja dan dilaksanakan secara berkelanjutan


Sumber : http://www.ekonomirakyat.org/_artikel.php?parameter=101&id=4

Tugas ini diberikan oleh Bapak Prihantoro

MEMBANGUN KEMANDIRIAN DI BIDANG PANGAN: SUATU KEBUTUHAN BAGI INDONESIA

Tema : Pangan dan Pertanian

Pengarang : Siswono Yudho Husodo

Tahun : 2003



Latar Belakang

  • Fenomena
Sejak beberapa tahun terakhir ini, muncul kerisauan atas menurunnya kemampuan kita untuk memenuhi sendiri kebutuhan pangan bagi rakyat Indonesia. Dunia pun diliputi kekhawatiran itu, karena penduduk bertambah menurut deret ukur sedangkan produksi pangan bertambah menurut deret hitung.

  • Penelitian Sebelumnya

1. Merajalelanya korupsi di berbagai tingkatan dan di berbagai daerah

2. Penduduk Indonesia pada tahun 2035 diperkirakan akan bertambah menjadi 2 kali lipat dan

jumlahnya sekarang, menjadi ± 400 juta jiwa

3. Diawal abad ke 20, selama 30 tahun penduduk Indonesia bertambah 20 juta jiwa, dan diawal

abad 21, selama 30 tahun penduduk Indonesia bertambah hampir 200 juta jiwa.

  • Motivasi
Indonesia perlu belajar dari pengalaman negara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah tadi, dan sebagai bangsa dengan budaya paternalistik, masalahnya bisa menjadi lebih sederhana jika hadir pemimpin yang dapat memberi suri ketauladanan.


Masalah

apakah kita ingin dapat memenuhi sendiri kebutuhan pangan yang begitu besar itu. Kalau ingin apakah mampu dan caranya bagaimana ?


Tujuan

Mengetahui cara mengatasi kemandirian di bidang pangan yang merupakan kebutuhan bagi Indonesia


Hipotesis

1. Ada hubungan antara jenis pangan dengan kemampuan produksi

2. Tidak ada hubungan antara jenis pangan dengan kemampuan produksi


Metodologi Penelitian

Penduduk Indonesia pada tahun 2035 diperkirakan akan bertambah menjadi 2 kali lipat dan jumlahnya sekarang, menjadi ± 400 juta jiwa. Dengan meningkatnya pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, terjadi pula peningkatan konsumsi/kapita untuk berbagai pangan. Akibatnya, dalam waktu 35 tahun yang akan datang Indonesia memerlukan tambahan ketersediaan pangan yang lebih dari 2 kali jumlah kebutuhan saat ini.


Penduduk Indonesia 1900 - 2035

Tahun

Jumlah

1900

1930

1960

1990

2000

2035

40 juta

60 juta

95 juta

180 juta

210 juta

400 juta


Konsumsi Daging, Telur dan Susu beberapa Negara

No.

Negara

Konsumsi (Kg/Kap/Thn)

Daging

Telur

Susu

1

2

3

4

5

6

7

Indonesia

Bangladesh

China

Japan

Malaysia

Philippines

Thailand

7,10

3,08

39,00

25,97

46,87

24,96

25

3,48

0,68

10,1

20,54

17,62

4,51

9,15

6,50

31,55

2,96

10,72

3,82

0,25

2,04

(Sumber: HKTI, diolah dari berbagai sumber)


Hasil dan analisis

Kecuali beras, untuk pangan yang lain konsumsi/kapita/tahun rakyat Indonesia masih rendah, dan berpotensi meningkat dengan meningkatnya pendidikan, pengetahuan akan gizi dan kesejahteraan rakyat, yang akan menuntut peningkatan penyediaan pangan yang amat besar. Kedepan, akan terjadi lonjakan kebutuhan pangan yang amat besar. Pasar pangan amat besar yang kita miliki perlu kita gunakan untuk memperkuat pertanian kita, Jika salah penanganan, pasar pangan amat besar yang kita miliki itu, akan dimanfaatkan dengan baik sebagai pasar yang empuk oleh produser pangan dan luar.


Kesimpulan

Tampak bahwa kebutuhan beberapa jenis pangan untuk rakyat Indonesia ditahun yang akan datang, sangat besar bila dibandingkan dengan kemampuan produksi kita pada waktu ini. Diperlukan perencanaan dan langkah-langkah yang memadai untuk memenuhi tuntutan produksi yang begitu besar itu. Sehingga tidak terjadi keterbatasan pangan di negara sendiri


Sumber : http://www.ekonomirakyat.org/edisi_18/artikel_3.htm


Tugas Ini diberikan oleh Bapak Prihantoro


PERUM BULOG DAN KEBIJAKAN PANGAN INDONESIA: KENDARAAN TANPA TUJUAN?

Tema : Pangan dan Pertanian

Pengarang : Bayu Krisnamurthi

Tahun : 2003


Latar Belakang

  • Fenomena
Pangan merupakan kebutuhan hidup terpenting bagi manusia, setelah udara dan air. Oleh karenanya ketahanan pangan individu, rumah tangga, dan komunitas merupakan hak azasi manusia.

  • Penelitian sebelumnya

1. Meneliti tentang Peran dan Permasalahan LPND Bulog

2. pada tahun 2000 menjadi importir terbesar walaupun tetap dapat mempertahankan urutan

produsen terbesar ke tiga di dunia.

3. Reformulasi Kebijakan Ketahanan Pangan

  • Motivasi
Mengetahui Peranan Perum Bulog


Masalah

apa yang akan kita lakukan dengan pengembangan ketahanan pangan dan peran bulog?


Tujuan

Mengetahui apakah Bulog tepat atau tidak tepat dijadikan Perum, bahkan apakah Bulog perlu dibubarkan atau dipertahankan


Hipotesis

1. Ada peranan BULOG dengan Kebijakan pangan Indonesia

2. Tidak ada peranan BULOG dengan Kebijakan pangan Indonesia


Metodologi Penelitian

perubahan 10 negara terbesar di dunia dalam produksi, impor, dan ekspor. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pangsa (PCt) produsen, importir, dan eksportir beras dipasar internasional tidak banyak berubah.

Produsen

Importir

Eksportir

1990-an

2001

1990-an

2000

1990-an

2000

Cina

Cina

Iran

Indonesia

Thailan

Thailan

India

India

Filipina

Irak

USA

Vetnam

Indonesia

Indonesia

Brazil

Iran

Vietnam

Cina

Banglades

Banglades

Senegal

Saudi Arabia

Pakistan

USA

Vietnam

Vietnam

Banglades

Nigeria

Itali

Pakistan

Thailan

Thailan

Irak

Brazil

India

India

Myanmar

Myanmar

Hong Kong

Jepang

Australia

Urugay

Jepang

Filipina

Pantai Gading

Filipina

Cina

Itali

Filipina

Jepang

Malaysia

Senegal

Urugay

Australia

Korea Sel.

Brazil

USSR

Afriak Selatan

Myanmar

Argentina

PCtP : 88 %

PCtP : 87 %

PCtI : 34 %

PCtI : 39 %

PCtE : 90 %

PctE : 93 %


PCt = Pangsa (%) ke-10 negara tersebut terhadap kondisi produksi (P), impor (I), dan ekspor (E) dunia.
Sumber : Database FAO


Hasil dan analisis

Oleh sebab itu, agar perubahan Bulog menjadi Perum dapat tetap efektif dalam kaitannya dengan pengembangan ketahanan pangan, maka setidaknya diperlukan dua hal pokok :

1. Adanya langkah-langkah tegas dan konsisten untuk mengkristalkan strategi dan kebijakan ketahanan pangan, yang menjadi acuan sekaligus merekatkan seluruh komponen ketahanan pangan dalam satu gerak langkah bersama yang serasi dan saling menunjang.

2. Perlu adanya suatu lembaga yang dapat menjalankan fungsi koordinasi-pelaksanaan, pemantauan, serta terus mengembangkan strategi dan kebijakan ketahanan pangan ditengah dinamika berbagai komponen ketahanan pangan. Saat ini telah ada Dewan Ketahanan Pangan yang diketuai Presiden dengan anggota para Menteri untuk menjalankan fungsi koordinasi pengambilan kebijakan pokok. Dewan tersebut perlu dilengkapi dengan lembaga koordinasi yang lebih operasional. Untuk itu Badan Ketahanan Pangan di Departemen Pertanian, yang selama ini juga telah berfungsi sebagai Sekretariat Dewan perlu diperkuat menjadi Badan Ketahanan Pangan Nasional langsung dibawah Presiden sehingga lebih tepat sebagai Sekretariat Dewan yang juga diketuai Presiden serta lebih mampu mengkoordinir lembaga instansi setingkat Eselon I dalam pelaksanaan kebijakan. Hal ini sejalan dengan langkah yang telah dikembangkan beberapa daerah, yang mengembangkan Badan Ketahanan Pangan Daerah langsung dibawah Gubernur.


Kesimpulan

Mempertahankan sistem ketahanan pangan memang tidak mudah, sebaiknya dilakukan secara berkelanjutan. Sebaiknya juga memperhatikan faktor-faktor yang berkaitan didalam sistem tersebut. Agar tidak menjadi kendaraan tanpa tujuan. Diharapkan perum bulog berperan optimal dalam membangun ketahanan pangan


Sumber : http://www.ekonomirakyat.org/edisi_19/artikel_2.htm

Tugas ini diberikan oleh Bapak Prihantoro


Kamis, 22 September 2011

Pengaruh kemiskinan terhadap tindak kriminalitas

Tema : KEMISKINAN

Pengarang : Fitriani Lestari

Tahun : 2011

Latar belakang

Di zaman yang serba sulit ini tindak kriminalitas seperti : perampokan, pembunuhan, tawuran, penculikan bahkan pemerkosaan yang kini meraja lela. Kurang terpenuhinya kebutuhan merupakan salah satu pemicu utama melakukan hal tersebut. Apapun terpaksa dilakukan demi mengisi perut yang lapar.

Dalam Liputan6.com, Bulukumba 21 april 2011: Andi harus merasakan dinginnya lantai ruang tahanan Polres Bulukumba, Sulawesi Selatan. Remaja berusia 14 tahun itu terpaksa berurusan dengan polisi karena kedapatan mencuri uang Rp 20 ribu di sebuah warung makan di Jalan Ujung Bulu. Di depan polisi, Andi mengaku terpaksa mencuri karena lapar. Sebab, seharian dia belum makan. Rencananya uang hasil curian akan dibelikan makanan.
Sehari-hari Andi tinggal bersama neneknya. Kemiskinan membuat mereka hanya bisa makan sehari sekali. Dari kejadian ini banyak sekali pelajaran yang harus kita perhatikan khususnya para pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan yang mengakibatka tindak kriminal.

Masalah

Apakah Pengaruh kemiskinan terhadap tindak kriminalitas?

Tujuan

Mengetahui Pengaruh kemiskinan terhadap tindak kriminalitas


Hasil Pembahasan

Dari hasil penelitian digambarkan bahwa faktor kemiskinan merupakan salah satu penyebab seseorang melakukan tindak kriminal. Penyebab terjadinya kriminalitas - pencurian dan perampokan dari aspek sosial - psikologi adalah faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen adalah dorongan yang terjadi dari dirinya sendiri. Seperti setiap individu dalam masyarakat mempertahankan kebenaran relatif, merasa pendapatnyalah yang paling benar dalam berinteraksi sosial. Kebenaran relatif itu relatif bisa menciptakan suatu sikap untuk mempertahankan pendapatnya - diri - atau egosentris dan fanatis yang berlebihan. Jika seorang tidak bijaksana dalam menanggapi masalah yang barang kali menyudutkan dirinya, maka kriminalitas itu bisa saja terjadi sebagai pelampiasan untuk menunjukan bahwa dialah yang benar.
Sementara faktor eksogen adalah faktor yang tecipta dari luar dirinya, faktor inilah yang bisa dikatakan cukup kompleks dan bervariasi. Kesenjangan sosial, kesenjangan ekonomi, ketidakadilan dan sebagainya, merupakan contoh penyebab terjadinya tindak kriminal yang berasal dari luar dirinya. Pengaruh ekonomi misalnya karena keadaan yang serba kekurangan dalam kebutuhan hidup, seperti halnya kemiskinan akan memaksa seseorang untuk berbuat jahat.

Kesimpulan

Masyarakat yang sudah terdesak secara ekonomi akan nekat melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi kebutuhannya. Hubungan erat antara kriminalitas dengan ekonomi jika masalah ekonomi bisa diatasi maka masalah tindak kejahatan dapat teratasi






Kebijakan penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat

Tema : KEMISKINAN

Pengarang : Kuncoro Toro

Tahun : 2010


Latar belakang

Sampai saat ini, Pemerintah dan Pemerintah Daerah di Indonesia masih menghadapi permasalahan kemiskinan yang bersifat multidimensional. Kemiskinan menjadi sebab dan akibat dari lingkaran setan (vicious cyrcle)-rangkaian permasalahan pengangguran, rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia, dan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat.

jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 8,12 juta orang. Jumlah ini menurun 470 ribu orang dibandingkan Februari 2010 yang sebanyak 8,59 juta orang.

Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2011 mencapai 119,4 juta orang, bertambah sekitar 2,9 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2010 sebesar 116,5 juta orang atau bertambah 3,4 juta orang dibanding Februari 2010 sebesar 116 juta orang.
Penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2011 mencapai 111,3 juta orang, bertambah sekitar 3,1 juta


Masalah

Jenis Kebijakan apa yang di lakukan pemerintah untuk memberdayakan masyarakat sehingga mengurangi kemiskinan


Tujuan

Dapat mengetahui Jenis Kebijakan apa yang di lakukan pemerintah untuk memberdayakan masyarakat sehingga mengurangi kemiskinan


Hasil Pembahasan

Beberapa program yang telah digalakan pemerintah dalam upaya pemberdayaan masyarakat sejak tahun 2008 sebagai berikut :

Memperluas program pembangunan yang berbasis masyarakat, program ini berguna untuk mengoptimalisasi pemberdayaan masyarakat di pedesaan dan diperkotaan serta memperkuat penyediaan dukungan pengembangan kesempatan berusaha bagi masyarakat miskin. programnya antara lain :

  • Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM)

  • Program Pembangunan Daerah tertinggal dan khusus

  • Program pengembangan infrastruktur social ekonomi wilayah

  • Program Pemberdayaan Usaha Mikro kecil dan Menengah

  • Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Kesimpulan

Kemiskinan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pola pembangunan yang direncanakan pemerintah.

Melalui Program PNPM dan KUR beberapa persoalan yang menghadang UMPM sedikit dapat teratasi






Faktor-faktor penyebab kemiskinan di Indonesia

TEMA : KEMISKINAN

Judul : Faktor-faktor penyebab kemiskinan di Indonesia

Pengarang : Mohammad Bahrul Ulum

Tahun : 2010


Latar Belakang

Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah Indonesia sebagai nation state, sejarah sebuah negara yang salah memandang dan mengurus kemiskinan. Dalam negara yang salah urus, tidak ada persoalan yang lebih besar, selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga,


menguatnya arus urbanisasi ke kota, dan yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan secara terbatas. Kemiskinan, menyebabkan masyarakat desa rela mengorbankan apa saja demi keselamatan hidup, safety life (James. C.Scott, 1981), mempertaruhkan tenaga fisik untuk memproduksi keuntungan bagi tengkulak lokal dan menerima upah yang tidak sepadan dengan biaya tenaga yang dikeluarkan. Para buruh tani desa bekerja sepanjang hari, tetapi mereka menerima upah yang sangat sedikit.

Pendek kata, kemiskinan merupakan persoalan yang maha kompleks dan kronis. Karena sangat kompleks dan kronis, maka cara penanggulangan kemiskinan pun membutuhkan analisis yang tepat, melibatkan semua komponen permasalahan, dan diperlukan strategi penanganan yang tepat, berkelanjutan dan tidak bersifat temporer. Sejumlah variabel dapat dipakai untuk melacak persoalan kemiskinan, dan dari variabel ini dihasilkan serangkaian strategi dan kebijakan penanggulangan kemiskinan yang tepat sasaran dan berkesinambungan.


Masalah

Faktor apa saja yang mengakibatkan kemiskinan ?


Tujuan

Dapat mengetahui apa saja yang mengakibatkan kemiskinan dan cara penanggulangannya


Hasil Pembahasan

Bebepara Faktor yang Menyebabkan Kemiskinan merajalela di masyarakat. Faktor ini bisa berasal dari internal masyarakat itu sendiri, namun juga ada faktor internalnya.


Laju Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkat. Di setiap 10 tahun menurut hasil sensus penduduk. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 1990 Indonesia memiliki 179 juta lebih penduduk. Kemudian di sensus penduduk tahun 2000 penduduk meningkat sebesar 27 juta penduduk atau menjadi 206 juta jiwa. dapat diringkaskan pertambahan penduduk Indonesia persatuan waktu adalah sebesar setiap tahun bertambah 2,04 juta orang pertahun atau, 170 ribu orang perbulan atau 5.577 orang perhari atau 232 orang perjam atau 4 orang permenit. Banyaknya jumlah penduduk ini membawa Indonesia menjadi negara ke-4 terbanyak penduduknya setelah China, India dan Amerika.

Tingkat pendidikan yang rendah.

Rendahnya kualitas penduduk juga merupakan salah satu penyebab kemiskinan di suatu negara. Ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya perkembangan ekonomi terutama industry, jelas sekali dibuthkan lebih banyak teanga kerja yang mempunyai skill atau paling tidak dapat membaca dan menulis. Menurut Schumaker pendidikan merupakan sumber daya yang terbesar manfaatnya dibandingkan faktor-faktor produksi lain.

Kurangnya perhatian dari pemerintah

Pemerintah yang kurang peka terhadap laju pertumbuhan masyarakat miskin dapat menjadi salah satu faktor kemiskinan. Pemerintah tidak dapat memutuskan kebijakan yang mampu mengendalikan tingkat kemiskinan di negaranya.


Kesimpulan

Sebaiknya pemerintah tegas mengambil kebijakan untuk mengatasi kemiskinan. Seperti memberi pelatihan, dan memaksimalkan anggaran pendidikan dan memperluas lapangan pekerjaan guna mendapatkan sumber daya manusia yang berketrampilan.






Template by:

Free Blog Templates