Di ruang kelas aku biasa
memperhatikannya, seorang gadis yang pandai berolahraga, lincah, cuek, tomboy, dan
manis saat tersenyum. Ia adalah Leny gadis yang menarik perhatianku, aku
berbeda kelas dengannya. Aku Fadly seorang bocah SMA seorang kapten futsal di
sekolah ku. Saat kelas 1 aku mulai menyukainya. Aku tipe pria yang belum pernah
memiliki pacar, aku tidak mudah untuk mengungkapkan perasaan kepada orang yang
aku sukai. Pada saat itu Leny masuk ke kelas ku, menghampiri temannya untuk
meminjam buku. Temannya duduk di barisan depan, sedangkan Aku duduk di pojok
belakang. Leny tidak hanya meminjam buku, tetapi menghampiri teman kelas ku
yang pria untuk sekedar bercanda. Sejak saat itu aku mulai tertarik dengannya.
Leny ikut ekstrakulikuler bela diri,
jam latihan futsal juga ada yang sama dengan jam latihan silat Leny. Begitu
berkharisma ia, itu menjadi hal plus di banding dengan wanita sekolah ku yang
lain. Aku mengetahui namanya dari teman kelas ku yang satu ekstrakulikuler
dengannya yaitu Sinta. “Heh Leny dapet salam dari fadly” kata Sinta, “haha
siapa tuh?” jawab Leny cuek. Hari ke hari aku terus mencari informasi tentang
Leny, semakin lama aku semakin tertarik padanya. Kali ini aku mulai merasa
kecewa, ternyata Leny sudah di tembak oleh Andi yang satu club futsal dengan ku. Tapi Leny tidak langsung memberi jawaban.
Pada hari Sabtu, pukul 09.00 Leny
sudah selesai latihan bela diri. Sedangkan aku baru mulai latihan. Saat sedang
latihan aku melihat Leny berada di beranda kelas lantai 2 iya melihat ke arah
bawah untuk melihat club futsal latihan. Disitu ada teman ku Sinta yang
menemaninya. Aku senang mungkin teman kelas ku akan memberitahukan Leny tentang
aku. Tiba-tiba Leny memanggil nama Andi sambil teriak keras, dengan mengangkat
jempolnya ke arah Andi dan berteriak “Oke gue terima lo” teriak Leny. Seketika
aku terdiam “kenapa harus dia” sahut aku dalam hati.
Tiga bulan berjalan, hubungan Leny
dan Andi akhirnya berakhir. Dengan perjalanan hubungan yang tiba-tiba putus dan
tiba-tiba kembali lagi. Itu seperti mengisyaratkan kepada ku bahwa tidak ada
harapan bagiku untuk mendekatinya. Selang hari berganti aku coba melupakan
Leny, aku mencoba untuk membuka hatiku kepada wanita yang lain. Tapi ternyata
tidak semudah itu bisa melupakannya. Aku sibukan diriku untuk mengerjakan
sesuatu, setidaknya aku tidak ada waktu kosong untuk memikirkan kelanjutan
perasaan ku pada Leny.
Aku sebagai Kapten Futsal di sekolah
ku, aku berencana membuat club futsal cewek, hal ini sudah aku pertimbangkan
dengan pelatih futsal ku dan pelatih ku menyetujuinya. Aku di dampingi asisten
ku Brigita, ia satu-satunya wanita di team futsal ku. Brigita merupakan wanita
yang cantik dan banyak yang menyukainya. Aku sempat menyukainya tapi perasaan
ku lebih menginginkan Leny, menurutku Brigita tidak lebih cantik di bandingkan
Leny.
Menurut berita yang ku dengar, Leny
merasa dipermainkan oleh Andi dan akhirnya mereka benar-benar putus. Aku tidak
tahu aku harus merasa sedih atau senang, tetapi aku merasa masih ada harapan
buat ku untuk mendekati Leny.
Aku dan Brigita mulai menyebarkan
informasi kepada kelas-kelas lainnya tentang club futsal cewek ini. Setelah
beberapa hari Brigita memberitahu kepada ku siapa saja yang mau bergabung dalam
club futsal ini. Aku lihat list yang ditulis Brigita, di situ tertulis “Leny
Diandra” dalam hati aku berteriak “YES! Leny ikut, mimpi apa gue semalem”. Leny
merupakan wanita yang menyukai bola, team favorit dia adalah AC. Milan.
Teman-teman pria kelasnya juga sering mengobrol bola dengannya. Akhirnya Aku
mencoba untuk menghubunginya, nomernya ku dapat dari teman futsal ku yang
sekelas dengannya.
Pendekatan ku di mulai sejak Leny
mendaftarkan dirinya pada team futsal cewek. Aku dan dia sering berhubungan
lewat handphone tapi aku belum berani
untuk mengobrol langsung dengannya. Hari demi hari aku semakin dekat dengannya.
“Len, breafing futsal sabtu jam 15.30 ya” kata sms yang ku kirim untuk Leny. “Dly, sorry banget ini diluar pikiran
gue, nyokap gue nggak bolehin gue ikut team futsal” balas sms Leny. “Yah, yaudahlah gue juga ga bisa maksa lo, enggak apa-apa
kok len J
“replay sms ku untuk Leny. Akhirnya
Leny mengundurkan diri dari team futsal.
Pada Jumat malam Leny ingin tau
siapa aku, maklum Leny tipe wanita yang cuek tidak terlalu peduli dengan orang
sekitarnya.Menurut aku Leny itu polos dan lucu, aku termasuk Pria yang sangat
di kenal di sekolah ku. Tapi Leny sama sekali tidak tahu aku. Aku tidak bisa
menahan perasaan ku lagi, malam ini aku akan mengatakan perasaan ku kepada
Leny. Akupun mulai mengetik sms panjang untuknya “Len, menurut gue lo itu beda
dari cewek-cewek lain, lo kuat, lo berani, lo bersemangat, dan satu hal lo itu
manis. Oke gue pengen ngomong serius sama lo, gue suka sama lo dari kelas 1. Lo
mau enggak jadi pacar pertama gue?”. 1 jam berlalu, Leny belum membalas sms ku.
Mungkin dia mengira betapa pengecutnya aku.
“Bunyi nada sms di Hand phone ku berdering”
Ternyata
sms dari Leny, aku buka isi pesannya “haha, lo nembak gue nih? Oke, gue kasih
jawabannya 4 hari yah pas tanggal 7 gue kasih jawabannya ke lo. Btw gue mau tau dong, lo itu yang mana?”.
Pertama kalinya aku menembak wanita. Pikiran ku mulai bercampur aduk,
memikirkan jawaban apa yang diberikan Leny. Tanggal 7 leny memberikan jawaban,
7 itu nomer punggung aku, aku berharap Leny tidak menolakku. Aku balas sms
darinya “Oke len, tau aja 7 itu kan nomer favorit gue hehe. Lo mau tau gue,
sabtu jam 08.30 di sekolah lo liat aja yang maen futsal pake nomer punggung 7
itu gue”. Leny tidak membalas sms ku.
Keesokan
harinya, tapatnya hari Sabtu pukul 08.30. Aku memakai sepatu bola bersiap-siap
untuk mulai latihan. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk punggungku dan
berbicara “Heh Dly” sambil tersenyum dan pergi begitu saja. Ternyata itu Leny,
aku tidak menyangka ia melakukan itu. Aku sempat bengong melihatnya. Kemudian
aku melanjutkan latihanku.
4
hari berlalu, Leny membalas sms ku “Dly, sorry yah gue ga bisa terima lo. Gue
masih kepikiran sama mantan gue maaf yah L”. “never mind Len J”
hanya itu yang bisa aku katakan. Hah.. aku mengambil nafas panjang, dan
berfikir “kenapa dia nolak gue ya”. Leny menolakku, tapi kami tetap berhubungan
lewat telepon.
Tanggal
11 bulan Januari, malam hari aku kembali mencoba menembaknya. Walaupun nanti
Leny bisa saja menolakku lagi, aku tetap optimis untuk dapat memilikinya.
Jawaban yang diberikan Leny pada saat itu “Dly, gue sebenernya sayang sama lo.
Gue mau jd pacar lo”. “YES! Leny jadi pacar gue” sahut aku dalam hati. Akhirnya
perjuangan ku tidak sia-sia, di mulai dari diam-diam menyukainya dan mulai
mencoba mendekatinya sampai dengan sekarang aku berhasil mendekatinya. Aku dan
Leny merupakan pasangan yang beda keimanan.
4
tahun berlalu, kami tetap mempertahankan cinta kami. Kami sangat menghargai
perbedaan diantara kami. Kalau pun nantinya perbedaan itu yang memisahkan kami.
Bagiku Leny merupakan yang pertama dan terakhir untuk ku. Begitu panjang
perjuangan ku mendapatkan cintanya, aku tidak akan mudah mengakhiri cinta ini,
aku akan tetap memperjuangkan cinta ini sampai akhir kemampuanku. Tidak ada
seorang pun yang bisa menggantikan tempatnya di hatiku.
0 komentar:
Posting Komentar